Inovasi Pendidikan dan Kesehatan
Bupati Sleman, Sri Purnomo
Sekolah dan Puskesmas Sudah
Berstandar ISO
Sri Purnomo |
Sleman
merupakan kabupaten terkaya di Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. PTN dan PTS
ternama ada di kabupaten penghasil salak pondoh tersebut. Pemkab Sleman pun
melakukan berbagai upaya agar lulusan SLTA bisa menjadi bagian dari
kampus-kampus top tersebut.
Sebenarnya
yang pantas disebut sebagai kota pendidikan adalah Sleman. Di kabupaten itu,
terdapat kampus ternama dan juga tertua di Indonesia. Ada empat perguruan
tinggi negeri (PTN) di Sleman, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, dan
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran”.
Sementara
itu, untuk perguruan tinggi swasta (PTS) terdapat kampus tertua di Indonesia,
yakni Universitas Islam Indonesia (UII) yang didirikan oleh proklamator
Mohammad Hatta, Natsir, dan tokoh perjuangan lainnya. Selain itu juga ada
Universitas Atmajaya, STIE YKPN, dan Universitas Sanata Dharma (USD).
Di
Sleman, sedikitnya terdapat 250 ribu mahasiswa yang datang dari berbagai
daerah. Bupati Sleman, Sri Purnomo menyadari betul potensi yang dimiliki
daerahnya di bidang pendidikan. Beliau tidak ingin warga Sleman hanya menjadi
penonton.
Karena
itu, setiap kali menjelang tahun ajaran baru atau musim penerimaan mahasiswa
baru, Sri mengumpulkan para rektor PTN dan PTS tersebut. Beliau menyodorkan
nama-nama lulusan SLTA di Sleman yang berprestasi. Respon para rektor pun
positif.
Pendidikan
memang menjadi program unggulan di periode pertama kepemimpinan Sri Purnomo.
Dari APBD Rp 2,3 triliun, Pemkab Sleman mengalokasi hampir separuhnya untuk
pendidikan. Bupati Sleman mewajibkan warganya minimal menempuh pendidikan
hingga SLTA. Biaya pendidikannya pun disiapkan oleh pemkab. Pada 2010, setiap
siswa SMA disubsidi Rp 1,4 juta per tahun. Untuk siswa SMK disediakan Rp 1,8
juta per tahun. Subsidi itu kini meningkat menjadi Rp 2,4 juta per tahun (SMK)
dan Rp 2,04 juta per tahun (SMA).
SMK
di Sleman baik negeri maupun swasta, rata-rata sudah bersertifikasi ISO
9001-2008. Itu menunjukkan bahwa SMK di Sleman memiliki standar mutu yang
diakui internasional.
Untuk
memudahkan lulusan SMK mencari kerja, pemkab menyediakan dua unit mobil
sarkeling (pasar kerja keliling). Di mobil tersebut, siswa SMK bisa mencari informasi
lowongan pekerjaan dan mendapatkan pelayanan ketenagakerjaan. Program itu
berlangsung sejak 2012. Kementerian Ketenagakerjaan menjadikan program
sarkeling tersebut sebagai percontohan bagi daerah lain.
Psikolog di Puskesmas
Puskesmas
di Sleman sedikit berbeda dengan puskesmas-puskesmas di daerah lain. Pemkab
Sleman menyediakan seorang psikolog di tiap-tiap puskesmas di Kabupaten Sleman.
Tugas psikolog adalah melayani masyarakat yang ingin berkonsultasi.
Menurut
Sri, hasil kajian yang dilakukan pemkab menunjukkan bahwa beban hidup yang
semakin kompleks membuat tingkat stress masyarakat juga meningkat. Dengan
adanya psikolog di setiap puskesmas, diharapkan tingkat stress masyarakat bisa
dikurangi.
Sama
halnya dengan kabupaten lain, Sleman memberlakukan pelayanan kesehatan gratis
bagi warganya. Terutama yang belum tertampung di BPJS maupun jamkesmas. Warga
dilayani di dua RSUD di Prambanan dan Murangan, 25 puskesmas (enam diantaranya
melayani rawat inap), dan 26 Rumah Sakit Umum (RSU).
Puskesmas
di Sleman juga sudah berstandar ISO 9001-2008. Untuk mengelola puskesmas,
dibentuklah badan layanan unit daerah (BLUD). Enam diantaranya adalah puskesmas
rawat inap.
Bayi
yang lahir di Sleman juga langsung mendapatkan pelayanan akta kelahiran gratis.
Baik bayi yang lahir di rumah sakit, puskesmas, ataupun klinik bidan. Pihak
rumah sakit cukup mengirim data bayi yang lahir tersebut ke dinas kependudukan
dan catatan sipil. Petugas dispendukcapil yang mengirim aktanya ke rumah sakit.
Terobosan
yang dilakukan Sri Purnomo di bidang pendidikan dan kesehatan berdampak
signifikan terhadap perkembangan warga Sleman. Indeks pembangunan manusia (IPM)
Sleman mencapai 85.89. termasuk kategori tinggi di Indonesia. Pendapatan asli
daerah (PAD) Sleman juga meningkat empat kali lipat di era Sri Purnomo. Pada
2010, saat awal Sri menjabat, PAD Sleman hanya Rp 150 miliar, saat ini angkanya
mencapai Rp 600 miliar.