Friday, March 20, 2015

INDONESIA DI TANGAN BUPATI - WALI KOTA, Buleleng


Inovasi Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana
Efisiensi Program demi Muluskan Jalan

Putu Agus Suradnyana
Infrastruktur menjadi masalah serius di Kabupaten Buleleng beberapa tahun lalu. Di era kepemimpinan Bupati Putu Agus Suradnyana, persoalan itu mendapat perhatian serius.

Jalan lintas desa yang mengubungkan Desa Selat, Tegallinggah, hingga Wanagiri di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng pun kini mulus. Pada 2012 jalan itu nyaris tidak bisa dilalui, bahkan dengan motor trail sekalipun. Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana pernah terjatuh ketika mengendarai motor di jalan tersebut.

Pada 2014, jalan sepanjang 8 kilometer itu digelontor dana besar, Rp 4,03 miliar. Hasilnya jalan kini diaspal dengan hotmix. Jangankan sepeda motor, kendaraan niaga sekelas truk engkel kini bisa melintasi jalan itu.

Infrastruktur menjadi titik utama perhatian Agus sejak dilantik pada 27 Agustus 2012 bersama Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra. Berangkat dari latar belakang seorang pengusaha, Agus paham betul bahwa infrastruktur sangat dibutuhkan bagi perekonomian Buleleng.

Tak lama setelah dilantik, duet Agus-Sutjidra melontarkan program penuntasan jalan milik kabupaten. Seluruhnya harus diaspal dengan kualitas hotmix. Sebuah program yang prestisius karena saat itu ada 228,385 kilometer jalan yang rusak. Total panjang jalan kabupaten 878,192 kilometer.

Butuh dana ratusan miliar untuk meningkatkan kualitas jalan menjadi aspal hotmix. Padahal, kemampuan APBD Buleleng ketika itu sangat terbatas. Jalan, menurut Agus sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sebelum mengemban amanat sebagai seorang kepala daerah, Agus melihat kondisi riil di masyarakat ketika dipercaya sebagai anggota DPRD Bali.

Saat menjadi anggota DPRD, beliau melihat banyak masyarakat pedesaan yang sulit menjual hasil panen kebunnya karena tidak memiliki akses infrastruktur yang baik. Jalan yang rusak hingga mengelupas membuat biaya angkut hasil panen membengkak dan menekan keuntungan petani.

Petani tidak memiliki akses yang baik ke pasar tradisional. Ironisnya, petani di beberapa desa yang tinggal dekat dengan perbatasan kabupaten memilih menjualnya ke kabupaten lain. Alasannya sederhana, jalan menuju ibu kota kecamatan rusak disamping jarak menuju ibu kota kabupaten yang jauh hingga puluhan kilometer.

Program infrastruktur itu berbuah manis. Pertumbuhan ekonomi kabupaten terus meningkat dan kini ada di atas Bali. Pada 2011 pertumbuhan ekonomi Buleleng 6,11 persen, di bawah Bali yang saat itu sebesar 6,49 persen. Terakhir pada 2013, pertumbuhan ekonomi Buleleng 6,71 persen, di atas Bali yang mencapai 6,05 persen.

Petani-petani kini tidak perlu lagi mengeluarkan dana besar untuk biaya angkut hasil panen ke ibu kota kecamatan. Petani-petani pun didorong menjual hasil panen mereka ke pasar-pasar tradisional terbesar di masing-masing kecamatan sehingga perputaran uang di dalam kabupaten semakin besar.

Naik Trail Untuk Serap Aspirasi

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana biasanya menyerap aspirasi langsung kepada masyarakat dengan cara touring mengendarai motor trail. Sepekan sekali, beliau bersama beberapa kepala dinas mendatangi desa-desa yang harus mendapat perhatian khusus, terutama di bidang pertanian.

Kepala dinas pekerjaan umum, kepala dinas pertanian dan peternakan, serta kepala dinas kehutanan dan perkebunan tidak boleh absen dalam agenda touring. Setelah peningkatan infrastruktur jalan, Agus menilai bahwa sektor pertanian wajib diperhatikan. Peningkatan produksi tani dan akses hasil panen juga harus dibuka seluas-luasnya. Akses yang kini ditekankan adalah jalan produksi dengan kualitas beton.

Demikian pula jalan-jalan aspal di pedesaan, jalan-jalan aspal yang masuk kategori nonstatus itu akan diaspal bertahap tahun ini. karena pemerintah kabupaten tidak berhak mengaspal jalan nonstatus, pengaspalan akan dilakukan pemerintah desa.

Pemerintah kabupaten pun meningkatkan alokasi dana desa (ADD) hingga 300 persen. Sebanyak 60 persen dari ADD harus dialokasikan untuk peningkatan infrastruktur pedesaan.

Selain infrastruktur, lewat hasil touring, masalah yang mengemuka adalah minimnya suplai air, terbatasnya bibit unggul, hingga sulitnya pemasaran hasil panen. Dengan perhatian khusus pada sektor pertanian, mantan ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Bali itu yakin pertumbuhan ekonomi semakin tinggi dan berdampak pada pendapatan perkapita masyarakat. Buleleng selama ini masuk dalam tiga besar presentase penduduk miskin terbanyak di Bali. Beliau berharap jumlah penduduk miskin dapat berkurang perlahan

0 comments:

Post a Comment