Inovasi Bupati Buleleng, Putu Agus
Suradnyana
Efisiensi Program demi Muluskan
Jalan
Putu Agus Suradnyana |
Infrastruktur
menjadi masalah serius di Kabupaten Buleleng beberapa tahun lalu. Di era
kepemimpinan Bupati Putu Agus Suradnyana, persoalan itu mendapat perhatian
serius.
Jalan
lintas desa yang mengubungkan Desa Selat, Tegallinggah, hingga Wanagiri di
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng pun kini mulus. Pada 2012 jalan itu
nyaris tidak bisa dilalui, bahkan dengan motor trail sekalipun. Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana pernah
terjatuh ketika mengendarai motor di jalan tersebut.
Pada
2014, jalan sepanjang 8 kilometer itu digelontor dana besar, Rp 4,03 miliar.
Hasilnya jalan kini diaspal dengan hotmix.
Jangankan sepeda motor, kendaraan niaga sekelas truk engkel kini bisa melintasi
jalan itu.
Infrastruktur
menjadi titik utama perhatian Agus sejak dilantik pada 27 Agustus 2012 bersama
Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra. Berangkat dari latar belakang seorang
pengusaha, Agus paham betul bahwa infrastruktur sangat dibutuhkan bagi
perekonomian Buleleng.
Tak
lama setelah dilantik, duet Agus-Sutjidra melontarkan program penuntasan jalan
milik kabupaten. Seluruhnya harus diaspal dengan kualitas hotmix. Sebuah program yang prestisius karena saat itu ada 228,385
kilometer jalan yang rusak. Total panjang jalan kabupaten 878,192 kilometer.
Butuh
dana ratusan miliar untuk meningkatkan kualitas jalan menjadi aspal hotmix. Padahal, kemampuan APBD Buleleng
ketika itu sangat terbatas. Jalan, menurut Agus sangat penting untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sebelum mengemban amanat sebagai seorang kepala
daerah, Agus melihat kondisi riil di masyarakat ketika dipercaya sebagai
anggota DPRD Bali.
Saat
menjadi anggota DPRD, beliau melihat banyak masyarakat pedesaan yang sulit
menjual hasil panen kebunnya karena tidak memiliki akses infrastruktur yang
baik. Jalan yang rusak hingga mengelupas membuat biaya angkut hasil panen
membengkak dan menekan keuntungan petani.
Petani
tidak memiliki akses yang baik ke pasar tradisional. Ironisnya, petani di
beberapa desa yang tinggal dekat dengan perbatasan kabupaten memilih menjualnya
ke kabupaten lain. Alasannya sederhana, jalan menuju ibu kota kecamatan rusak
disamping jarak menuju ibu kota kabupaten yang jauh hingga puluhan kilometer.
Program
infrastruktur itu berbuah manis. Pertumbuhan ekonomi kabupaten terus meningkat
dan kini ada di atas Bali. Pada 2011 pertumbuhan ekonomi Buleleng 6,11 persen,
di bawah Bali yang saat itu sebesar 6,49 persen. Terakhir pada 2013, pertumbuhan
ekonomi Buleleng 6,71 persen, di atas Bali yang mencapai 6,05 persen.
Petani-petani
kini tidak perlu lagi mengeluarkan dana besar untuk biaya angkut hasil panen ke
ibu kota kecamatan. Petani-petani pun didorong menjual hasil panen mereka ke
pasar-pasar tradisional terbesar di masing-masing kecamatan sehingga perputaran
uang di dalam kabupaten semakin besar.
Naik Trail Untuk Serap Aspirasi
Bupati
Buleleng Putu Agus Suradnyana biasanya menyerap aspirasi langsung kepada
masyarakat dengan cara touring
mengendarai motor trail. Sepekan
sekali, beliau bersama beberapa kepala dinas mendatangi desa-desa yang harus
mendapat perhatian khusus, terutama di bidang pertanian.
Kepala
dinas pekerjaan umum, kepala dinas pertanian dan peternakan, serta kepala dinas
kehutanan dan perkebunan tidak boleh absen dalam agenda touring. Setelah peningkatan infrastruktur jalan, Agus menilai
bahwa sektor pertanian wajib diperhatikan. Peningkatan produksi tani dan akses
hasil panen juga harus dibuka seluas-luasnya. Akses yang kini ditekankan adalah
jalan produksi dengan kualitas beton.
Demikian
pula jalan-jalan aspal di pedesaan, jalan-jalan aspal yang masuk kategori
nonstatus itu akan diaspal bertahap tahun ini. karena pemerintah kabupaten
tidak berhak mengaspal jalan nonstatus, pengaspalan akan dilakukan pemerintah
desa.
Pemerintah
kabupaten pun meningkatkan alokasi dana desa (ADD) hingga 300 persen. Sebanyak
60 persen dari ADD harus dialokasikan untuk peningkatan infrastruktur pedesaan.
Selain infrastruktur,
lewat hasil touring, masalah yang mengemuka adalah minimnya suplai air,
terbatasnya bibit unggul, hingga sulitnya pemasaran hasil panen. Dengan
perhatian khusus pada sektor pertanian, mantan ketua DPD Realestat Indonesia
(REI) Bali itu yakin pertumbuhan ekonomi semakin tinggi dan berdampak pada
pendapatan perkapita masyarakat. Buleleng selama ini masuk dalam tiga besar
presentase penduduk miskin terbanyak di Bali. Beliau berharap jumlah penduduk
miskin dapat berkurang perlahan
0 comments:
Post a Comment