Bupati Maros H.M.Hatta Rahman
Sukses Menata PKL
H.M.Hatta Rahman |
Dimasa
lalu, jalan Poros, Maros, selalu diwarnai kesemrawutan. Sebab, para PKL
menjajakan dagangan hingga menutup sebagian badan jalan. Keluhan dari
masyarakat pun bermunculan. Mereka meminta Pemkab menertibkan para pedagang
tersebut.
Pada
2011, Bupati Maros, H.M.Hatta Rahman memiliki ide cemerlang. Beliau ingin
membuat satu tempat atau area kuliner malam untuk merelokasi PKL di jalan
Poros. Setelah menyisir sejumlah lokasi, dipilih lahan bekas kolam di jalan
Topaz. Lokasinya tidak jauh dari kantor Bupati Maros dan terminal Marusu. Di
tempat itulah para PKL dikumpulkan dan dibuat semacam kawasan kuliner malam di
area tersebut.
Sentra
kuliner itu dikelilingi semacam kolam buatan. Karena itu kawasan tersebut
diberi nama pantai tak berombak (PTB). Sekilas suasananya mirip “restoran
terpanjang” dikawasan Pantai Losari, Makassar. Namun, PTB lebih tepat disebut
restoran persegi karena penjaja makanan berjajar disekitar kolam yang berbentuk
segi empat. Suasana romantis juga terasa dari cahaya lampu-lampu yang memantul
di air kolam. Agar sentuhan teknologi makin terasa, Pemkab memasang fasilitas wi-fi gratis.
Program
relokasi PKL itu akhirnya berhasil. Hatta menjelaskan pada 2011 sentra kuliner
malam tersebut hanya dihuni 39 pedagang. Setahun kemudian jumlahnya meningkat
menjadi 85. Lalu naik lagi menjadi 93 pada 2013. Mulai 2014 hingga kini, PKL
yang direlokasi ke PTB berjumlah 103. Menurut hasil penelusuran beliau, omzet
pedagang bias mencapai 1,5 juta rupiah perhari. Jika dikalikan dengan jumlah
seluruh pedagag, diperkirakan perputaran uang di PTB sekitar 5 milyar rupiah
perbulan.
Meski
demikian menurut Hatta, keberhasilan itu tidak dating begitu saja. Di awal
relokasi banyak PKL yang menolak karena takut ditinggal pelanggannya di tempat
yang baru. Namun, berkat pendekatan yang dilakukan, para PKL akhirnya bersedia
dipindah ke sentra kuliner itu.
Pembuatan
kawasan kuliner itu menjadi salah satu program andalannya untuk mengatur
pedagang di Maros. Kini kawasan kuliner malam itu berkembang menjadi ruang
public yang ramai. PTB dikunjungi bukan hanya oleh warga Maros, tetapi juga
warga dari daerah lain. Beragam kios jajanan tersedia. Mulai jajanan
tradisional hingga makanan berat khas Makassar seperti cotto Makassar, konro,
serta palubasa.
Daerah
sekitar PTB kini ikut berkembang. Deretan ruko dibagian timur kolam membuat PTB
semakin ramai. Kehadiran pusat kuliner akhirnya mendongkrak harga ruko
disekitar PTB. Pemkab juga membangun gedung pusat jajan moderen untuk
memperkuat kawasan kuliner itu. dibagian barat kolam terdapat taman kota
sebagai sarana bermain anak. Seiring perkembangan, PTB sering dimanfaatkan
sebagai tempat pertemuan sejumlah komunitas sosial masyarakat terutama para
pemuda.
Kawasan
kuliner itu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kabupaten Maros. Pada 2010,
pertumbuhan ekonomi Maros mencapai 7,03 persen. Lalu pada 2011 naik menjadi
7,57 persen. Pada 2012 naik lagi menjadi 8 persen dan 2013 menjadi 8, 73
persen. Bupati Hatta menargetkan tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa mencapai
angka 9,5 persen.
Inovasi dari Maros :
Bidang
Informasi
1. Penggunaan
website yang memiliki link dengan SKPD (e-gooverment)
2. Penggunaan
sms center
3. Jaringan
internet di semua SKPD
4. Cyber
city diarea publik.
Bidang
Sarana Umum
1. Pembuatan
pasar kuliner malam
2. Relokasi
PKL
3. Pembuatan
taman kota plus sarana bermain dan olah raga
Bidang
Pertanian
1. One
district one commodity
2. Pembibitan
missal
Bidang
Pekerjaan Umum
1. Pekerjaan
jalan dengan telfor beton
2. Pekerjaan
betonisasi dengan target 100 km setiap tahun.
0 comments:
Post a Comment