Wednesday, January 21, 2015

INDONESIA DI TANGAN BUPATI - WALI KOTA, Maros

Bupati Maros H.M.Hatta Rahman Sukses Menata PKL
H.M.Hatta Rahman

Dimasa lalu, jalan Poros, Maros, selalu diwarnai kesemrawutan. Sebab, para PKL menjajakan dagangan hingga menutup sebagian badan jalan. Keluhan dari masyarakat pun bermunculan. Mereka meminta Pemkab menertibkan para pedagang tersebut.

Pada 2011, Bupati Maros, H.M.Hatta Rahman memiliki ide cemerlang. Beliau ingin membuat satu tempat atau area kuliner malam untuk merelokasi PKL di jalan Poros. Setelah menyisir sejumlah lokasi, dipilih lahan bekas kolam di jalan Topaz. Lokasinya tidak jauh dari kantor Bupati Maros dan terminal Marusu. Di tempat itulah para PKL dikumpulkan dan dibuat semacam kawasan kuliner malam di area tersebut.

Sentra kuliner itu dikelilingi semacam kolam buatan. Karena itu kawasan tersebut diberi nama pantai tak berombak (PTB). Sekilas suasananya mirip “restoran terpanjang” dikawasan Pantai Losari, Makassar. Namun, PTB lebih tepat disebut restoran persegi karena penjaja makanan berjajar disekitar kolam yang berbentuk segi empat. Suasana romantis juga terasa dari cahaya lampu-lampu yang memantul di air kolam. Agar sentuhan teknologi makin terasa, Pemkab memasang fasilitas wi-fi gratis.

Program relokasi PKL itu akhirnya berhasil. Hatta menjelaskan pada 2011 sentra kuliner malam tersebut hanya dihuni 39 pedagang. Setahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi 85. Lalu naik lagi menjadi 93 pada 2013. Mulai 2014 hingga kini, PKL yang direlokasi ke PTB berjumlah 103. Menurut hasil penelusuran beliau, omzet pedagang bias mencapai 1,5 juta rupiah perhari. Jika dikalikan dengan jumlah seluruh pedagag, diperkirakan perputaran uang di PTB sekitar 5 milyar rupiah perbulan.

Meski demikian menurut Hatta, keberhasilan itu tidak dating begitu saja. Di awal relokasi banyak PKL yang menolak karena takut ditinggal pelanggannya di tempat yang baru. Namun, berkat pendekatan yang dilakukan, para PKL akhirnya bersedia dipindah ke sentra kuliner itu.

Pembuatan kawasan kuliner itu menjadi salah satu program andalannya untuk mengatur pedagang di Maros. Kini kawasan kuliner malam itu berkembang menjadi ruang public yang ramai. PTB dikunjungi bukan hanya oleh warga Maros, tetapi juga warga dari daerah lain. Beragam kios jajanan tersedia. Mulai jajanan tradisional hingga makanan berat khas Makassar seperti cotto Makassar, konro, serta palubasa.

Daerah sekitar PTB kini ikut berkembang. Deretan ruko dibagian timur kolam membuat PTB semakin ramai. Kehadiran pusat kuliner akhirnya mendongkrak harga ruko disekitar PTB. Pemkab juga membangun gedung pusat jajan moderen untuk memperkuat kawasan kuliner itu. dibagian barat kolam terdapat taman kota sebagai sarana bermain anak. Seiring perkembangan, PTB sering dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan sejumlah komunitas sosial masyarakat terutama para pemuda.

Kawasan kuliner itu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kabupaten Maros. Pada 2010, pertumbuhan ekonomi Maros mencapai 7,03 persen. Lalu pada 2011 naik menjadi 7,57 persen. Pada 2012 naik lagi menjadi 8 persen dan 2013 menjadi 8, 73 persen. Bupati Hatta menargetkan tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa mencapai angka 9,5 persen.

Inovasi dari Maros :

Bidang Informasi
1.      Penggunaan website yang memiliki link dengan SKPD (e-gooverment)
2.      Penggunaan sms center
3.      Jaringan internet di semua SKPD
4.      Cyber city diarea publik.
Bidang Sarana Umum
1.      Pembuatan pasar kuliner malam
2.      Relokasi PKL
3.      Pembuatan taman kota plus sarana bermain dan olah raga
Bidang Pertanian
1.      One district one commodity
2.      Pembibitan missal
Bidang Pekerjaan Umum
1.      Pekerjaan jalan dengan telfor beton

2.      Pekerjaan betonisasi dengan target 100 km setiap tahun.

0 comments:

Post a Comment